kesal

kalau kita ingin mencari, sebenarnya tempat kerja yang ideal tuh ada ga yah?. tempat dimana kita bakal “enjoy” menjalani 8 jam kerja setiap harinya, teman-teman yang selalu akrab dan tolong menolong. tapi untuk saat ini saya rasa belum ada yang mampu memenuhi bayangan saya di atas.
saya pribadi yang umurnya baru berkepala dua, harus bekerja dengan para bapak dan ibu yang usianya sama dengan orang tua saya. secara tidak langsung pola pikir mereka pastinya jauh dari jangkauan saya, tak sedikit orang yang bekerja tapi tanpa motivasi mereka itu adalah yang kerja belasan tahun tapi tak memperoleh kenaikan jenjang karier. jadi motivasi mereka untuk bekerja hanya karena gaji, “lembur” sudah menjadi keharusan karena gaji pokok tak mampu memenuhi kebutuhan padahal gajinya cukup besar loh.
sering terjadi, apabila terjadi kesalahan maka penunjukan tersangka akan mengarah pada pekerja yang lebih junior, mereka kadang tak mau tahu bahkan menjauh apabila ada masalah. yang akhirnya pekerja itu habis di marahi plus jadi bulan bulanan obrolan di tempat kerja.
jadi sebenarnya ada gak yang namanya tempat ideal?
nb : tulisan ini hanya sekedar curahan hati biasa, maaf apabila kurang berkenan. semoga esok hari keadaan akan lebih baik lagi.

egoisme kehidupan

saya yakin kalau rizki, jodoh dan usia telah ditetapkan Tuhan, dan setiap mahluk-Nya pasti memiliki ketetapan masing-masing. kalau menurut ibu saya bolehlah anak-anaknya lahir dari rahim yang sama tapi jangan harap kalau rizki setiap anak akan sama. bisa saja anak pertama memiliki rizki yang lapang hingga memiliki harta yang melimpah, namun sang adik yang bekerja keras  hanya  memperoleh rizki yang tak begitu besar bahkan dapat dikatakan kurang. begitupun masalah usia, tua bukan parameter yang pasti tentang kematian bisa saja sang  anak meninggal terlebih dahulu ketimbang orang tuanya, terus apa lagi? masih banyak lagi deh yang pasti kita hanya menjalani kesempatan hidup ini dari Allah.

“berbeda” inilah kenyataan yang ada di sekitar kita, berbeda suku berbeda bahasa tapi semua itu membuat hidup ini lebih berwarna kan. perbedaan seharusnya disikapi dengan saling menghormati dan saling mencintai, ibarat makanan kan gak enak kalo cuma makan daging pasti lebih enak lagi kalau disertai dengan sayur plus sambelnya, hehe ngelantur nih. namun yang terlihat saat ini masyarakat cenderung membuat suatu batasan yang jelas tentang perbedaan, coba deh liat disekitar kita, jarang orang kaya bergaul dengan sang miskin, begitupun orang yang memiliki jabatan ia enggan bergaul dengan bawahannya dan cenderung memiliki hobi  ngobrol-ngobrol santai di cafe bareng teman yang berkedudukan juga. lalu apa sih akibatnya?akibatnya adalah semakin jauhnya batas antara si miskin dan si kaya, si pintar dan si kurang pintar, hingga terjadilah pengotakan-pengotakan golongan di ranah masyarakat.

mari kita bercermin dari kehidupan masyarakat islam pada zaman Rasulullah, rasul memberi pengajaran kepada kita bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama, karena derajat manusia itu di ukur oleh keimanannya, rasul tak pernah membeda-bedakan antara si kaya dan miskin semua dapat menjadi sahabat, bahkan orang yang sering dianggap rendah seperti budak rasul tak pernah merendahkannya. rasul mencoba membuat persepsi bahwa setiap muslim adalah bersaudara maka saling bersatu, saling berkasih sayanglah agar terbentuk masyarakat yang madani (beradab).

sayangnya kehidupan madani sulit diwujudkan untuk saat ini, walaupun tak menutup kemungkinan ini dapat terwujud. sistim kehidupan kita lebih menghendaki orang miskin menikah dengan orang yang kurang mampu, orang yang kurang berpengetahuan dengan orang yang kurang terpelajar, sehingga penyakit miskin dan kebodohan akan terus langgeng ada di masyarakat. yang kaya enggan mendekat dengan si miskin karena takut hartanya hilang , padahal sudah tugasnya sang kaya membantu pada yang membutuhkan agar berkurang penderitaan saudaranya, dan siapa tahu kedepannya ia mampu untuk bangkit dan keluar dari jurang kemiskinan. begitupun bagi orang yang berilmu, seharusnya ia mengajarkan ilmu yang dipunya dan meninggalkan persepsi bahwa ilmu itu mahal dan menghilangkan perasaan takut tersaingi.  apabila semua orang sadar tentang hal ini maka tak ada lagi pengemis yang ada di jalan, takkan ada orang yang menganggur yang kerjanya hanya tidur sambil sambil berharap memperoleh ilham nomor apa yang akan keluar nanti malam.

yuk kita yang merasa mampu secara materi untuk membantu mereka serta membuka diri untuk bergaul dengan mereka sambil berbagi ilmu, moga-moga saja ini semua menjadi amal yang shaleh dan sebagai bekal kita dihari akhir nanti, amien.

setelah ramadhan…

Beberapa hari kemarin kita  telah meninggalkan Ramadhan, bulan yang akan selalu akan dinantikan disetiap tahunnya, bulan dimana kita serasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. namun semuanya itu seakan hilang tak berbekas oleh kesibukkan mudik ke kampung halamannya masing-masing.

yang namanya mudik pastilah identik macet, berdesak-desakkan, sibuk, bertemu keluarga dan bagi anak kecil mudik berarti jalan-jalan plus dapet uang, hehe maklum kan saya pernah mengalami jadi anak kecil juga. kalau saya amati ternyata ada hubungan antara kegiatan mudik dengan ibadah shaum, yaitu rasa kerinduan. rindu dapat berarti suatu rasa yang hilang dan ingin rasa itu dapat kembali sehingga mampu menutupi ruang kosong yang selama ini ada. ketika malam terawih pertama di bulan ramadhan kita akan melihat masjid-masjid ataupun mushala penuh sesak dengan ibu-ibu bermukena putih dan pada pria berpeci rapi, sampai-sampai masjid di dekat rumah saya tak mampu lagi menampung banyaknya orang yang ingin terawih hingga halaman masjid pun penuh dengan sajadah. dalam minggu-minggu awal ayat suci Allah terdengar jelas dimana-mana, membuat setiap hamba-Nya dekat dengan Sang Pemilik jiwa. bahkan seruan-Nya yang biasa berkumandang 5 kali dalam sehari begitu dinanti agar jiwa yang haus akan rahmatNy  segera bersujud dan bersimpuh selain itu adzan memberikan kebahagiaan bagi yang menjalankan puasa karena sebagai tanda berbuka puasa. (adzan maghrib loh ya..)

ternyata kita jenuh dengan rutinitas selama 11 bulan lalu, rindu akan perubahan, rindu dekat dengan-Nya “sesungguhnya dengan mengingatku, maka hati akan tenang”. Mungkin 11 bulan  kemarin hati kita dipenuhi dengan nafsu yang tak berujung hingga menjadikan kita budak dunia. ternyata cape rasanya mengejar dunia, semakin dikejar malah semakin jauh langkah ini untuk dapat meraihnya, sesak dada ini ketika keinginan yang sebenarnya tak perlu belum kunjung tercapai padahal begitu banyak nikmat yang telah dilimpahkan-Nya sedangkan kita tak menyadarinya sampai-sampai lupa untuk bersyukur.

untungnya Allah menciptakan 1 bulan yang spesial bagi seluruh hambanya, tinggal seberapa baik kita memanfaatkan moment tersebut. kebanyakan dari kita bersemangat ketika datangnya ramadhan, namun ditengah perjalanan kita sering hilang arah bingung kemana akan dituju. maka dibutuhkan peta dan kompas agar perjalanan kita di bulan penuh berkah itu selamat sampai tujuan.

lalu dengan berakhirnya Ramadhan apa kita telah mampu berubah menjadi yang lebih baik? entahlah, pastinya setiap orang memiliki  jawabannya masing-masing, mudah-mudahan kita bagian dari golongan yang mampu memperoleh kasih sayangnya, hingga rasa dahaga ini sedikitnya mulai berkurang. tapi kok saya masih merasa haus, haus akan nikmatnya ramadhan. moga kita semua dipertemukan kembali dengan ramadhan tahun depan, dan mudah-mudahan spirit ramadahan terus meyala di hati kita semua, amien.

selamat berjuang saudaraku….

kesempatan ramadhan ini…

Terasa hampa bila mengingat apa-apa yang telah saya lewati, begitu mudahnya waktu berjalan. ritual selalu terjadi terus menerus, dimana mentari bersinar di timur dan tak terasa mentari menghilang berganti posisinya dengan gelapnya malam. dan saya mencoba untuk melihat kembali apa-apa yang telah terjadi di tahun yang telah berlalu kemarin.

Tahun lalu saya banyak kehilangan orang-orang terdekat saya, kehilangan seorang guru yang meninggalkan saya untuk tinggal di middle east, paman yang merupakan pimpinan pesantren dan yang terakhir saya kehilangan sahabat terdekat saya karena kecelakaan. saya baru sadar ternyata yang namanya umur siapa yang tahu, bahkan seorang dokter profesional pun tak mampu untuk menjamin pasiennya mampu melihat mentari di esok harinya. namun saya terkadang lupa bahwa saya akan secepatnya menyusul mereka entah itu esok hari atau hari-hari kedepannya yang pasti itu takkan lama lagi. makanya saya setuju dengan ungkapan bahwa hidup ini hanya sekedar mampir, dan tempat tujuan kita adalah dunia setelah kita mati nanti.

kalau seandainya di dunia ini ada timbangan dosa dan kebaikan, maka lebih banyak mana antara dosa dan amal saya di tahun-tahun belakang, saya asik dengan pernak-pernik dunia sehingga mata ini merasa kabur terhadap hakNya terhadap petunjukNya. seberapa sering saya shalat dengan pikiran yang terus melayang-layang sehingga mulut ini hanya mengucap tanpa makna hingga hati ini tak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan. seberapa sering dan seberapa banyak uang yang saya habiskan untuk memenuhi nafsu perut padahal masih banyak saudara saya yang kelaparan sampai-sampai harus meminta-minta di bawah jembatan penyebrangan, rasa senang dan bangga bisa makan yang enak padahal sekaliber seorang khalifah saja menolak untuk makan makanan yang enak karena beliau berpendapat tak seluruh rakyatnya bisa makan makanan enak maka tak pantaslah seorang pemimpin untuk makan enak.

hati serasa perih bila mengingat tingkah laku saya dihari kemarin, begitu senangnya telinga ini untuk mendengar aib orang lain dan seberapa lama telinga ini disuguhkan dengan musik-musik tanpa arti hingga kita lupa padaNya, seberapa basahnya lisan ini untuk membicarakan kejelekan orang lain, padahal diri ini masih jauh dari pribadi yang baik. ironisnya karena Tuhan menciptakan lisan ini bertujuan untuk mengagungkanNya bukan untuk menyakiti hati saudaranya.

bila esok saya masih diberi titipan umur berarti saya akan menikmati jamuanNya yang agung, yang esok kita akan menyambut bulan yang penuh dengan kasih sayangNya. Allah akan menjamu kita dengan segala kemwahannya, dengan segala kenikmatannya yang tak mampu kita rasakan di bulan-bulan lainnya. semoga kesempatan bisa menikmati ramadhan ini bisa saya pergunakan dengan sebaik-baiknya, untuk membersihkan diri dari segala kotornya diri dan sekaligus berharap akan kasih sayangNya yang tak pernah ada habisnya. jikalau ini ramadhan terakhir saya maka, saya ingin ramadhan ini menjadi bekal untuk dibawa menghadapNya.

mari teman-teman kita sambut bulan ini dengan beribadah dengan sungguh-sungguh bukan hanya sekedar ritual belaka, sehingga kita akan menjadi hambanya yang beruntung. untuk mensucikan diri maka saya pribadi mohon maaf atas kesalahan selama ini, dan selamat berlomba di bulan suci ini. salam…

hari yang baru…

saya yakin bahwa rasa sakit dan luka yang diperoleh di tangan sebelah kanan ini adalah curahan rasa kasih sayang dariNya khusus bagi saya, sungguh Allah telah memberi waktu pada saya untuk terus beribadah dan memberi kesempatan untuk bertaubat dari dosa yang telah diperbuat dalam 22 tahun kebelakang.

alhamdulilah saya masih bisa menghirup udara segar di hari ke 22 tahun ini, saya sadar begitu banyak yang telah saya lakukan di hari-hari kemarin, namun saya masih merasa bahwa amalan selama ini belumlah cukup untuk bekal di hari depan baik itu untuk masa depan maupun untuk di hari ketika semua kehidupan dipertanggung jawabkan. malu jadinya kalau mengingat apa yang telah terlewat, saya seperti terlena dengan kehidupan duniawi yang serasa indah dikecap padahal semu belaka, sibuk dengan nafsu-nafsu keduniawian yang tak ada akhirnya.

malu padaNya karena shalat ini belum bisa khusu, lisan ini belum basah dengan memujinya, hati ini belum sibuk untuk mengingatNya, sering saya tak bersyukur atas segala nikmat yang telah tercurah, bahkan harta ini lebih banyak habis untuk menuruti nafsu, ironisnya banyak saudara yang sebenarnya  membutuhkan uluran tangan saya.

Ya Rabb di hari penuh nikmat ini, hamba mohon ampun atas segala kesalahan selama 22 tahun kemarin, berikan kasih sayangMu agar indah hariku kedepan, tunjukkan jalan yang lurus agar saya tak melangkah kesembarang arah.

suatu kepastian yang namanya milad adalah momen berkurangnya jatah nafas, sudah lama saya tinggal di dunia ini entah berapa helaan nafas lagi paru-paru ini akan menyimpan udara yang kemudian diedarkan ke seluruh tubuh, entah bulan depan, minggu esok bahkan beberapa jam lagi seluruh titipanNya akan di ambil, lalu jasad yang selama ini dirawat akan rusak lalu hancur. saya tak menginginkan acara tiup lilin, atau makan-makan yang diiringi senda gurau, yang saya inginkan maaf dari seluruh orang yang telah saya sakiti terutama orang tua dan keluarga terdekat, dan doa agar amanat umur ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baikNya. terima kasih ya Rabb ,selamat milad wahai diriku…

siapa yang pantas..

seorang sahabat baik saya pernah berkata “jal hormatilah seseorang karena ilmunya, usianya lebih tua daripada kita, dan kesolehannya”.

namun fakta yang terpangpang saat ini adalah seseorang akan lebih dihormati bilamana ia berpangkat maupun memiliki kekayaan diatas rata-rata. jujur saya tak iri dengan keadaan mereka yang kaya maupun berpangkat, tapi saya hanya merasa bahwa kebanyakan orang yang masuk kedalam golongan diatas menikmati moment ketika ia dihormat, terkadang mereka akan marah bila ada seseorang yang tak menghormatinya.

akibat dari budaya semacam ini akan menimbulkan pemikiran yang dangkal tentang makna dari penghormatan, kita bertindak seakan budak yang mesti patuh, bahkan dilarang untuk membantah segala perkataannya. istilah kerennya ABS (asal bos senang), yang menyebabkan penyakit kronis berupa senang menjatuhkan teman satu kerjaan demi memperoleh simpati atasan, bermuka manis dihadapan bos, selalu memuja-muji atasannya padahal perbuatannya tak layak untuk dipuji.

saya pernah dengar tentang sesorang yang marah ketika gelarnya tak disebutkan dalam suatu acara, ataupun kita sering berjumpa dengan tetangga yang ingin disebut “pa haji dan bu haji” yang pastinya karena mereka telah ibadah haji.

sempat mengenal orang yang berada dalam golongan semacam ini, dia memang seorang pejabat dan juga pengusaha sukses tapi entah mengapa para pekerjanya sering tak betah bekerja dengan keluarga mereka, menurut mereka majikannya sering berlaku kurang hormat sehingga sifat ini menurun ke anak-anaknya. kebayangkan seorang anak kecil yang berani melecehkan para pembantunya, padahal para pembantunya lebih tua ketimbang orangtuanya sendiri. bagaimana jadinya seorang pekerja yang dituduh mencuri uang belasan juta hanya karena ia sering berkutat dengan keuangan perusahaanya, dan ketika suatu hari diketahui bahwa pelakunya adalah anggota keluarganya sendiri, “apa orang tersebut minta maaf ?” dan sayangnya jawabnya tidak, mungkin gengsi.

maaf  kalau tulisannya kali ini sedikit mengumbar kejelakan seseorang, namun sesungguhnya saya hanya berharap pada diri saya khususnya untuk selalu berlaku hormat pada sesorang yang memang layak untuk dihormat, bukan dihormat karena babibu, saya ingin menjadi orang yang tak menjadi sesorang yang lemah karena melihat harta dan jabatan yang mentereng.

maka yuk mari kita benahi pandangan kita tentang siapa saja yang pantas untuk dihormat, dan sejauh mana kita berlaku layaknya tanpa berlebih-lebihan.

berpulang saudaraku…

bismillah, innalillahiwainalillahirojiun. seseorang yang begitu dekat saya akhirnya dipanggil oleh Allah tadi malam, kecelakaan lalu lintas di cikampek merupakan pintu gerbang saudaraku melangkah menuju kehadiratnya.

masih jelas tergambar ketika kami pertama kali berjumpa, perjumpaan di madrasah dekat rumah kami. hampir 8 tahun kami belajar bersama, 8 tahun pula ikatan persaudaraan yang penuh dengan cinta. saya kagum dengan semangatnya yang terus menyala untuk terus mencari ilmu agama.

Continue reading