saya yakin kalau rizki, jodoh dan usia telah ditetapkan Tuhan, dan setiap mahluk-Nya pasti memiliki ketetapan masing-masing. kalau menurut ibu saya bolehlah anak-anaknya lahir dari rahim yang sama tapi jangan harap kalau rizki setiap anak akan sama. bisa saja anak pertama memiliki rizki yang lapang hingga memiliki harta yang melimpah, namun sang adik yang bekerja keras hanya memperoleh rizki yang tak begitu besar bahkan dapat dikatakan kurang. begitupun masalah usia, tua bukan parameter yang pasti tentang kematian bisa saja sang anak meninggal terlebih dahulu ketimbang orang tuanya, terus apa lagi? masih banyak lagi deh yang pasti kita hanya menjalani kesempatan hidup ini dari Allah.
“berbeda” inilah kenyataan yang ada di sekitar kita, berbeda suku berbeda bahasa tapi semua itu membuat hidup ini lebih berwarna kan. perbedaan seharusnya disikapi dengan saling menghormati dan saling mencintai, ibarat makanan kan gak enak kalo cuma makan daging pasti lebih enak lagi kalau disertai dengan sayur plus sambelnya, hehe ngelantur nih. namun yang terlihat saat ini masyarakat cenderung membuat suatu batasan yang jelas tentang perbedaan, coba deh liat disekitar kita, jarang orang kaya bergaul dengan sang miskin, begitupun orang yang memiliki jabatan ia enggan bergaul dengan bawahannya dan cenderung memiliki hobi ngobrol-ngobrol santai di cafe bareng teman yang berkedudukan juga. lalu apa sih akibatnya?akibatnya adalah semakin jauhnya batas antara si miskin dan si kaya, si pintar dan si kurang pintar, hingga terjadilah pengotakan-pengotakan golongan di ranah masyarakat.
mari kita bercermin dari kehidupan masyarakat islam pada zaman Rasulullah, rasul memberi pengajaran kepada kita bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama, karena derajat manusia itu di ukur oleh keimanannya, rasul tak pernah membeda-bedakan antara si kaya dan miskin semua dapat menjadi sahabat, bahkan orang yang sering dianggap rendah seperti budak rasul tak pernah merendahkannya. rasul mencoba membuat persepsi bahwa setiap muslim adalah bersaudara maka saling bersatu, saling berkasih sayanglah agar terbentuk masyarakat yang madani (beradab).
sayangnya kehidupan madani sulit diwujudkan untuk saat ini, walaupun tak menutup kemungkinan ini dapat terwujud. sistim kehidupan kita lebih menghendaki orang miskin menikah dengan orang yang kurang mampu, orang yang kurang berpengetahuan dengan orang yang kurang terpelajar, sehingga penyakit miskin dan kebodohan akan terus langgeng ada di masyarakat. yang kaya enggan mendekat dengan si miskin karena takut hartanya hilang , padahal sudah tugasnya sang kaya membantu pada yang membutuhkan agar berkurang penderitaan saudaranya, dan siapa tahu kedepannya ia mampu untuk bangkit dan keluar dari jurang kemiskinan. begitupun bagi orang yang berilmu, seharusnya ia mengajarkan ilmu yang dipunya dan meninggalkan persepsi bahwa ilmu itu mahal dan menghilangkan perasaan takut tersaingi. apabila semua orang sadar tentang hal ini maka tak ada lagi pengemis yang ada di jalan, takkan ada orang yang menganggur yang kerjanya hanya tidur sambil sambil berharap memperoleh ilham nomor apa yang akan keluar nanti malam.
yuk kita yang merasa mampu secara materi untuk membantu mereka serta membuka diri untuk bergaul dengan mereka sambil berbagi ilmu, moga-moga saja ini semua menjadi amal yang shaleh dan sebagai bekal kita dihari akhir nanti, amien.